Sabtu, 31 Maret 2012

KELEDAI YANG BERGUNA


Dalam peristiwa ketika Yesus memasuki kota Yerusalem dengan menunggang seekor keledai muda, kita melihat ada dua suasana yang tampak saling bertentangan dalam peristiwa itu.
(a) Pertama, suasana hati-batin dan jiwa Yesus yang sangat tertekan dan tersiksa karena ketika mamasuki kota Yerusalem bayang-bayang salib makin tampak jelas dimata-Nya.
Yesus sadar betul bahwa Ia datang ke Yerusalem bukan untuk menjadi raja. Ia datang untuk menanggung semua akibat yang bisa terjadi pada hidup-Nya, seperti yang telah dinubuatkan-Nya.
Itu sebabnya maka Yesus memasuki Yerusalem bukan dengan menunggang seekor kuda jantan yang perkasa sebagai simbol kepahlawanan seorang raja. Sebaliknya, Yesus menungang seekor keledai beban muda, simbol keterbebanan-Nya.
Dengan menunggang keledai memasuki Yerusalem, Yesus hendak mengatakan bahwa kelak seperti itulah ia akan berjalan keluar Yerusalem sambil memanggul salib, simbol beban dosa dan kejahatan semua manusia.

(b)  Kedua, suasana kemeriahan dan sorak gegap gempita dari orang-orang yang menyambut-Nya saat itu.
Mereka mengambil daun-daun palma dan pergi menyongsong Yesus. Mereka berharap Yesus akan menggunakan kesempatan saat bayak orang Israel berkumpul itu untuk memproklamasikan diri-Nya sebagai raja Israel pada masa lalu.
Itu tampak dalam seruan penyambutan, ‘Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel.'

Yang menarik untuk diperhatikan adalah mengapa mesti keledai yang ditunggangi Yesus dan bukan yang lain ? Padahal keledai dikenal dengan berbagai kekurangannya!

1.Keledai adalah binatang yang keras kepala
Keledai dikenal sebagai bintang yang keras kepala dan susah diatur. Ia tidak mau merubah sudut pandangnya .  Kalau maunya, maunya, tidak seperti kuda kalau sudah jinak mudah diatur oleh tuannya. Ini adalah gambaran kita dulu ketika masih berdosa :
(a) Kita hidup dengan pengertian kita sendiri
Kita dulu hidup dengan pengertian kita sendiri, yaitu hidup untuk bersenang-senang dan berfoya-foya. Slogan kita :” Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk sorga.”
Kita dulu hidup dalam kesia-siaan dan kita anggap itu hidup yang ideal.

(b) Kita berjalan mengambil arah kita sendiri (Mat.7:13-14)
Dulu kita mengambil jalan yang lebar bukan yang sempit. Apa perbedaan keduanya ?
§  Jalan lebar
jalannya halus, tidak berliku-liku, namun di ujung jalan itu adalah kebinasaan.
Jalan yang lebar dan lurus banyak dilalui oleh manusia-manusia yang tergiur oleh iming-iming duniawi. Segala kenikmatan dunia diberikan, sehingga jalan kebinasaan tadi tidak terpikirkan. Banyak orang tergiur oleh tawaran dunia ini.

§  Jalan sempit
Jalannya berliku, banyak kerikil dan bebatuan, namun di ujung jalan itu terletak kebahagiaan.
Menurut Yesus, tidak banyak orang mengikuti jalan ini. Banyak orang lebih suka memilih jalan yang lebar, lurus dan berakhir dengan kebinasaan.

Kita dulu seperti keledai yang keras kepala dan mengambil jalan kita sendiri, tapi Yesus mengasihi kita. Ia tetap mau memakai kita untuk menjadi alatNya yang ajaib!

2.Keledai adalah binatang yang bodoh
Keledai juga dikenal sebagai bintang yang bodoh. Ada ungkapan :”keledai saja tidak terperosok ke dalam lobang yang sama.” Ungkapan ini mengajarkan : jangan jadi orang yang lebih bodoh dari keledai yang bisa terperosok dalam lobang yang sama.
Kita sebenarnya juga bodoh dimata Tuhan. Tapi oleh karena anugerahNya Dia mengaruniakan kita hikmat. Lalu, apa manfaat hikmat Tuhan bagi kita ? :

(a) Menurut Amsal 3:13-18
Ketika kita memiliki hikmat Tuhan maka kita akan menjadi orang yang berbahagia karena hikmat Tuhan itu lebih berharga dari pada emas dan perak.
Contohnya, Raja Salomo, yang ia minta dari Tuhan adalah Hikmat dan Pengertian sehingga kerajaannya mengalami kelimpahan.

(b) Menurut 2 Tawarikh 1:10
Hikmat Tuhan membuat kita menjadi bijaksana, sehingga kalau kita menjadi pemimpin dapat menjadi pemimpin yang baik!

 (c) Menurut Yakobus 3:17
Hikmat dari Tuhan kita butuhkan agar kita bisa berelasi dengan baik dengan sesama manusia!
Ketika kita memiliki hikmat Tuhan kita akan menjadi pribadi yang ramah dan penuh belas kasih kepada sesama.

Pertanyaannya kemudian adalah: bagaimana kita bisa memperoleh hikmat itu?

(1) Cara pertama untuk memperoleh hikmat adalah dengan memintanya kepada Allah. (Amsal 2:6).
Salomo meminta hati yang berhikmat untuk memerintah bangsanya, dan Allah berkenan dengan permintaan itu.

(2) Cara Kedua, Adakan persekutuan yang terus-menerus dengan firman Allah.
Prinsip-prinsip kebenaran Allah yang menjadi pedoman bagi hikmat sudah tercatat di dalam Alkitab. Semua tulisan dalam Alkitab ini diilhamkan oleh Allah, tulis Paulus kepada Timotius (2 Timotius 3:16), dan bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran.
Bukankah manfaat dari firman Tuhan itu sama dengan pengertian dari hikmat? Tuhan Yesus memuji Maria yang telah memilih “bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya”, yaitu duduk diam di kaki Tuhan dan mendengarkan firman-Nya (Lukas 10:42).

(3) Cara ke tiga, Melawan pengaruh dunia dalam diri kita.
Kemampuan untuk membedakan apa yang baik, berkenan kepada Allah, dan sempurna itu diperoleh ketika orang tidak “menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan akal budimu” (Roma 12:2).
Hikmat Allah yang kita terima tidak akan bertumbuh dan berkembang ketika kita membiarkan diri terkontaminasi oleh prinsip dan tata nilai dunia.

3.Keledai itu binatang pekerja
Zaman dulu, terutama di Timur Tengah, keledai merupakan andalan pengangkut beban. Bahkan para pemimpin agama waktu itu menjadikannya sebagai pembawa kitab.
Tentang keledai yang suka membawa kitab ini, Tuhan mempunyai perumpamaan untuk pemuka-pemuka Yahudi dahulu. Mereka diumpamakan sebagai keledai yang membawa-bawa kitab, karena mereka hanya menenteng kitab Taurat di tangannya, tapi tidak mengamalkan isinya.
Kita juga diciptaan Tuhan sebagai seorang pekerja. Manusia adalah “Homo Laboran” (mahkluk pekerja). Konsep ini berarti :
(a) Bekerja itu bukan sebagai hukuman
Manusia bekerja bukan setelah jatuh dalam dosa. Tapi sejak dari awal mula Tuhan memang merancang manusia menjadi teman sekerjaNya untuk mengelola dunia ( lih. Kej 2:15)

(b) Bekerja itu justru sebagai ibadah
Bekerja bukan merupakan hukuman tetapi sebaliknya justru harus menjadi sebuah pengabdian atau ibadah keoada Tuhan.
Sehingga dalam bekerja kita sebenarnya bertanggung jawab kepada Tuhan dan buan kepada manusia (Kol.3:23).

4.Keledai itu binatang yang setia (Yes.1:3)
Keledai kelihatan bodoh, tetapi sangat mengasihi tuannya. Terkadang binatang ini datang menemui tuannya meskipun tuannya berada dalam kerumunan orang banyak.
Intinya, keledai adalah binatang yang tahu berterima kasih dan tahu membalas budi.
Kita seharusnya juga seperti keledai dalam hal ini. Kita harus setia dan membalas budi kepada Tuhan yang telah bersedia memakai kita dengan cara :
(a) Memiliki akuntabilitas (bertanggung jawab)
Seorang pelayan yang setia tahu bahwa ia bertanggung jawab kepada Tuhan dan bukan kepada manusia. Itu berarti ia akan melayani dengan :
(1) Sepenuh hati – Kol.3:23
      Sepenuh hati berarti sunguh-sungguh, sekuat tenaga, dan tidak setengah-setengah.

     (2) Melakukan yang terbaik
Artinya melakukan segala tugas yang dibebankan dengan sebaik mungkin. Memiliki “spirit of   excellent”.

(b) Memiliki ketaatan dan kesetiaan
Seorang pelayan yang baik haruslah seorang yang taat dan setia
(1) Taat
      Taat berarti patuh pada apa yang diperintahkan oleh atasannya (dalam hal ini adalah Tuhan)
      Contoh ketaatan yang paling baik adalah yang ditunjukkan oleh militer. Setiap diperintah    langsung dijawab : Siap, laksanakan! Orang yang taat tidak pernah membantah perintah atasanya.

     (2) Setia
     Setia berarti 2 hal :
§  Melakukan apa yang dilakukan dengan baik (diselesaikan dengan tuntas)
§  Tidak berpindah kelain hati. (sekali melayani Tuhan, selamanya melayani Tuhan)!

Kesimpulannya, kita semua ibarat keledai yang bodoh, tidak gagah dan keras kepala. Tapi syukur kepada Tuhan, Ia tetap mau memakai kita yang penuh kekurangan ini untuk menjadi alatNya yang ajaib!

0 komentar:

Posting Komentar