Rabu, 25 Maret 2015

MENGATASI PERSUNGUTAN



Persungutan atau keluh kesah adalah pembunuh sukacita nomer satu. Saat seseorang bersungut-sungut maka hal itu membuat dirinya tidak bahagia.Demikian juga orang-orang disekitarnya juga ketularan tidak bahagia!

Bahkan persungutan menjadi dosa terbesar bangsa Israel ketika berada di padang gurun, sehingga akhirnya Tuhan menghukum mereka. Generasi pertama orang israel yang keluar dari Mesir tidak ada satupun yang masuk ke Kanaan!

4 JENIS ORANG YANG SUKA BERSUNGUT-SUNGUT
Menurut Rick Warren secara umum ada 4 jenis tipe manusia yang suka bersungut-sungut:

1.Tipe pengeluh – contoh : Daud
Orang jenis ini bangun tidur sudah mengeluh. Mazmur Daud penuh dengan keluh kesah. Mis: Maz.73:13.
Para pengeluh suka berkeluh kesah bahwa ”hidup ini tidak adil” ; ”saya tidak pantas menerima hal ini.”
Pada kenyataannya hidup memang tidak adil! Keadilan sejati nanti baru ditentukan di penghakiman terakhir, yaitu untuk menentukan apakah kita akan berada di sorga atau neraka.
Oleh sebab itu mengeluh tidak menyelesaikan persoalan, malah akan membuat kita tambah menderita.

2.Tipe Martir – contoh : Musa
Manusia jenis ini suka mengeluh : ”Tidak ada yang menghargai saya." Musa mengeluh demikian dalam Bil. 11:11-15.
Orang seperti ini juga sering megasihani diri sendiri. Ketika sakit atau berada dalam masalah dia akan mengeluh agar orang lain mengasihani dirinya!

3.Tipe Sinis – Contoh : Salomo
Kata-kata yang suka dikeluhkan oleh orang jenis ini adalah ”Tidak ada yang berubah”.
Salomo mengeluh demikian dalam Pengkh.1:2-4;9. Orang seperti ini cenderung sinis terhadap kehidupan!

4.Tipe Perfeksionis – contoh Salomo
Kalimat yang sering keluar dari tipe perfeksionis adalah ”apakah itu yang terbaik yang dapat Anda lakukan? ”
Tipe ini selalu mengeluhkan bahwa tidak ada yang benar, selalu melihat adanya kesalahan.
Salomo mengeluh demikian dalam Ams.27:15 dan 21:19

BAGAIMANA MENGATASI PERSUNGUTAN ?
1.Akuilah bahwa itu masalah anda – Ams.28:13
Ketika kita berani mengakui bahwa bersungut-sungut adalah masalah kita dan bukan masalah orang lain, maka kita bisa berusaha untuk mengubahnya!
Seringkali masalah tersulit adalah mengakui bahwa kita suka bersungut-sungut.
Persungutan harus diakui, sebab itu bukan sekedar kebiasaan buruk, itu adalah dosa!
Israel dicatat mengucapkan 7 kali persungutan selama berjalan di padang gurun.
Dan karena persungutan mereka, Tuhan akhirnya menghukum mereka sehingga tidak bisa masuk ke tanah kanaan!

2.Menerima tanggung jawab untuk kehidupan anda sendiri – Ams. 19:3
Sering kali kita mengeluh hanyalah sebagai upaya untuk menyalahkan orang lain atas masalah yang kita buat sendiri.
Banyak kali mengeluh hanyalah alasan untuk tidak bertanggung jawab dan tidak menerima kenyataan bahwa kitalah penyebab  situasi itu.
Seharusnya kita berani menerima tanggung jawab atas kehidupan kita sendiri. Apa yang kita alami saat ini adalah akibat dari apa yang kita lakukan dimasa lalu!
Ada 3 tipe manusia berkaitan dengan hal ini :
(a)                Accusers (Penuduh)
Penuduh selalu melihat sekelilingnya untuk mencari siapa yang dapat disalahkannya. Contoh : Adam menyalahkan Hawa , kemudian Hawa menyalahkan ular.

(b) Excusers (Pencari alasan)
Pencari alasan mengatakan ”Aku hanyalah produk dari lingkungan, jadi semua itu bukan salahku!

(c) Choosers (Pemilih)
Pemilih mengakui tanggung jawabnya bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya adalah akibat dari pilihannya dimasa lalu.
Semua orang sukses di dunia ini adalah tipe Chosser. Sementara itu para pecundang adalah tipe accusers atau excusers.

3.Kembangkan sikap suka bersyukur – 1 Tes.5:18
Tuhan menginginkan kita bisa mengucap syukur dalam segala situasi/keadaan. Kenapa harus bersyukur ? Karena kita tahu dalam segala keadaan Tangan Tuhan selalu ada untuk mengubah keburukan menjadi kebaikan – band.Rm.8:28. Contoh :
(a)                Yusuf dijual di Mesir, ternyata itu cara Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia dai kelaparan
(b)               Paulus di tangkap dan diadili di Roma. Ternyata itu cara Tuhan untuk membuat Paulus sampai ke Roma (ibu kota dunia saat itu). Sebelumnya berkali-kali Paulus gagal ke roma.

Mengucap syukur adalah obat penawar nomer satu bagi persungutan!
Sementara itu sikap suka bersungut-sungut sebenarnya merupakan bentuk pemberontakan kepada kedaulatan dan kebaikkan Tuhan.
Ketika kita bersungut-sungut sebenarnya kita sedang :
(1)               Mempertanyakan kebijaksanaan Tuhan
Kita bertanya, ”Apakah Tuhan benar-benar tahu apa yang sedang terjadi  ? Apakah bijaksana mengijinkan semua ini terjadi pada diri kita ?

(2)               Menyangsikan pemeliharaan Tuhan
Kita bertanya, Apakah Tuhan sunguh-sungguh mengasihi saya ? Apakah Dia sungguh-sunguh perduli atas masalah saya ?

(3)               Melupakan kebaikkan Tuhan di masa lalu
Kita sering berfokus pada apa yang belum kita miliki daripada apa yang telah kita miliki. Akibatnya kita menjadi tidak tahu berterima kasih!

5.Belajarlah mengucapkan perkataan yang positif – Ef.4:29
Persungutan adalah sebuah kebiasaan! Oleh sebab itu ia bisa diubah dengan membuat kebiasaan baru.
Nah, daripada mengembangkan kebiasaan mengeluh, lebih baik kita mengembangkan kebiasaan mengucapkan hal-hal yang positif!
Apa contoh praktisnya ?
(a)                Jangan  biarkan ”sampah” keluar dari mulut anda
(b)               Ubahlah kritikan menjadi pujian
(c)                Ubahlah makian menjadi dorongan
(d)               Ubahlah ketidak puasan menjadi ucapan syukur.
(e)                Jadilah orang positif di dunia yang negative. dsb.

Dengan selalu mengucapkan hal-hal yang positif, sedikit demi sedikit anda akan berubah, dari seorang pengeluh menjadi seorang pensyukur!

Kesimpulannya: Ketika anda berhenti mengeluh, anda akan semakin dekat dengan Tuhan. Salah satu hal yang menjauhkan kita dari hadirat Tuhan adalah keluh kesah kita!

Kamis, 19 Maret 2015

MENGHADAPI MANUSIA YANG SULIT



Menurut Roma 12 ada 3 hubungan penting yang harus dijaga keharmonisannya oleh setiap orang kristen :
(a) Hubungan dengan Tuhan (ayat 1-2)
Hubungan yang harmonis dengan Tuhan harus menjadi prioritas utama setiap orang percaya.
Ketika hubungan dengan Tuhan beres, maka kemungkinan besar hubungan dengan orang lain juga beres.

(b) Hubungan dengan sesama orang percaya (ayat 3-13)
Hubungan dengan sesama orang percaya menempati prioritas ke dua. Kita harus bisa membangun hubungan yang membentk komunitas penuh kasih diantara sesama tubuh Kristus.

(c) Hubungan dengan orang yang tidak percaya (14-15)
Hubungan dengan orang non percaya mungkin akan menjadi sulit. Oleh sebab itu kita harus berhati-hati.
Kali ini kita akan mempelajari bagaimana membangun hubungan dengan orang non percaya yang sulit.

4 SIKAP YANG HARUS DIKEMBANGKAN
1. Kindness (kebaikan hati) ayat. 14-15
Sikap pertama yang harus kita tunjukkan kepada orang yang sulit adalah  kebaikan hati.
Mengapa kebaikan hati harus kita kedepankan ? Karena ada banyak manfaat dari kebaikan hati, baik bagi orang lain maupun bagi diri sendiri.

(a) Kebaikan membuat hubungan yang lebih baik
Ini adalah salah satu poin yang paling jelas. Kita semua tahu bahwa kita menyukai orang yang menunjukkan kepada kita kebaikan. Hal ini karena kebaikan mengurangi jarak emosional antara dua orang, sehingga kita merasa lebih “terikat.” Ini adalah sesuatu yang begitu kuat dalam diri kita bahwa itu sebenarnya hal yang genetik.
Nenek moyang kita telah belajar untuk bekerja sama satu sama lain. Semakin kuat ikatan emosional dalam kelompok, semakin besar kemungkinan untuk bertahan hidup, jadi “gen kebaikan” yang terukir di genom manusia.
Ketika kita berbuat baik satu sama lain, kita akan merasa saling berhubungan, hubungan baru yang tak terlupakan atau yang sudah ada akan semakin kuat dan erat.

 (b) Kebaikan hati membuat jantung kita lebih sehat
Kebaikan sering disertai dengan kehangatan emosional. Kehangatan emosional menghasilkan hormon oksitosin di otak dan ke seluruh tubuh. Yang menarik baru-baru ini banyak peran penting dalam sistem kardiovaskular.
Oksitosin menyebabkan pelepasan bahan kimia yang disebut oksida nitrat di pembuluh darah, yang dilatasi (melebarkan) pembuluh darah. Hal ini mengurangi tekanan darah, dan karena itu oksitosin dikenal sebagai hormon “pelindung kardio” karena melindungi jantung (dengan menurunkan tekanan darah). Kuncinya adalah bahwa tindakan kebaikan dapat menghasilkan oksitosin, dan karena kebaikan dapat dikatakan kardio-protektif.

(c) Kebaikan memperlambat penuaan
Penuaan pada tingkat biokimia adalah kombinasi dari banyak hal, tetapi dua penyebab yang mempercepat proses adalah radikal bebas dan inflamasi, yang keduanya hasil dari membuat pilihan gaya hidup yang tidak sehat.
Menurut penelitian baru-baru ini, yang dilakukan salah satu Universitas terkemuka di California (US) menunjukkan bahwa oksitosin (yang diproduksi melalui kehangatan emosional) mengurangi kadar radikal bebas dan peradangan pada sistem kardiovaskular dan dengan demikian memperlambat penuaan pada sumbernya. Kebetulan kedua pelaku (yang memberi kebaikan dan menerima kebaikan) juga memainkan peran utama dalam penyakit jantung, jadi ini juga alasan lain mengapa kebaikan adalah baik untuk jantung.

(d) Kebaikan membuat kita bahagia
Ketika kita melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain, kita merasa baik. Pada tingkat spiritual, banyak orang merasa bahwa ini karena merupakan hal yang benar untuk dilakukan dan dengan demikian kita memasuki sesuatu yang mendalam dan mendalam di dalam diri kita dan mengatakan, “Ini adalah aku.”
Pada tingkat biokimia, diyakini bahwa perasaan baik yang kita dapatkan adalah karena peningkatan kadar morfin dan heroin alami di otak, yang kita kenal sebagai opioid endogen. Mereka menyebabkan peningkatan kadar dopamin dalam otak.

(e) Kebaikan menular
Ketika kita baik, kita mengilhami orang lain untuk bersikap baik, dan itu benar-benar menciptakan efek riak yang menyebar ke luar untuk ‘teman’ dari teman-teman ke temannya . Sama seperti kerikil menciptakan gelombang ketika jatuh di kolam, sehingga tindakan kebaikan menyebar, menyentuh kehidupan orang lain .
Berdasarkan data penelitian ilmiah resmi, melaporkan seorang pria yang tak dikenal berusia 28 tahun masuk ke klinik dan menyumbangkan ginjal. Kemudian hal ini memicu efek membayar ke depannya sebagai efek kebaikan, sehingga pasangan atau anggota keluarga lain dari penerima ginjal menyumbangkan salah satu dari ginjal mereka kepada orang lain yang membutuhkan.
“Efek domino,” seperti yang disebut dalam New England Journal of Medicine, membentang panjang dan luas dari Amerika Serikat, di mana 10 orang menerima ginjal baru sebagai konsekuensi dari donor anonym (tak bernama).

2. Gentleness ( kelemahlembutan ) ayat 16.
Kita harus memperlakukan orang-orang yang berkepribadian sulit justru dengan kelemahembutan.
Lemah lembut berasal dari kata Yunani Praus yang berarti : Kelembutan, kerendahan hati, perhatian, tidak kasar.
Pada zaman Yesus kata Praus dipakai untuk berbagai hal :
(a) . Kata Praus digunakan untuk menggambarkan “obat “ yang menenangkan
Seorang pasien yang sedang bergulat dengan demam diberikan obat oleh dokter untuk menenangkan (Praus) dia dan agar dia segera bisa tidur.

(b).Kata Praus digunakan untuk menggambarkan angin yang sepoi-sepoi
Jadi, kalau orang habis kepanasan kemudian tersentuh semilirnya angin sepoi-sepoi ia akan terasa segar (dingin).

(c). Kata Praus digunakan untuk menggambarkan perangai kuda yang sudah dijinakkan
Seekor kuda harus dijinakkan dulu agar ia bisa dipakai untuk membantu pekerjaan di sawah atau ladang ada waktu itu.

3. Peacefulness (kedamaian) –ayat 17-21
Kita bukan hanya harus berbuat baik kepada orang yang sulit tetapi juga harus berusaha menghadirkan kedamaian kepada mereka.
Orang yang sulit biasanya suka bertengkar, oleh sebab itu kita harus sabar dan bersikap menjadi pendamai bagi mereka. Lalu bagaimana caranya ?
(a) . Berikanlah dirimu diperdamaikan oleh Allah (2 Kor 5: 20).
Untuk menjadi pelayan pendamaian maka kita harus memberikan diri kita didamaikan oleh Allah. Apa artinya? Memberikan diri kita disembuhkan dari luka batin, dari kemarahan, dendam, kepahitan. Memberi diri kita diubah dari manusia lama yang penuh dengan nafsu dan keegoisan menjadi manusia yang penuh belas kasih.
Memberikan diri kita menjadi katalisator , yaitu pelayan yang merubuhkan tembok pembatas, dan bukan malah membangun tembok yang semakin tinggi.

(b) Berikanlah dirimu “diisi” oleh Allah (Kol 1: 9).
Kita tidak akan pernah menjadi pendamai-pendamai Allah bila kita tidak pernah membiarkan diri kita diisi oleh hikmat, pengertian untuk memahami kehendak Allah dengan sempurna.
Dengan membiarkan diri kita diisi oleh Allah maka kita akan menjadi pelayan-pelayan yang bekerja menggunakan standar Allah, dan bukan standar manusia biasa, yaitu standar kedamaian menurut Allah.

(c) Berikanlah dirimu dikuatkan Allah (Kol 1: 11).
Mengapa harus meminta kekuatan dari Tuhan? Karena Ialah sumber kekuatan kita. Apapun dapat kita kerjakan dengan kekuatan dan penyerahan diri yang total kepadaNya.

4. Politeness (kesopanan)
Kita harus memperlakukan mereka yang sulit dengan sopan. Kesopanan membuat orang bersimpati dengan kita. sopan santun adalah suatu perilaku (etika) yang mencerminkan sikap seseorang atau diri sendiri terhadap orang lain dengan tujuan menghormati orang lain dalam bersikap.
Orang-orang yang memiliki sopan santun, berarti ia mempunyai etika dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya di berbagai kehidupan.
Selain itu, ada manfaat dari sikap sopan santun ini :
(a) Manfaat sopan santun bagi diri sendiri :

(1). Dapat dihargai, dihormati, dan disenangi oleh banyak orang dimanapun tempat kita berada.

(2). Dapat memupuk rasa persaudaraan, pertemanan, serta persahabatan.

(3). Mendapat kepercayaan dari orang lain.

(4). Mendapatkan penilaian yang positif karena melakukan perbuatan yang baik dari orang lain, sehingga orang lain pun akan bertingkah laku baik pula terhadap diri kita.

(5). Dapat menghindari perselisihan, pertentangan, dan permusuhan dengan orang lain.

(6). Menjaga hubungan baik dan harmonis dengan orang yang berada di sekitar kita.

Jumat, 05 Desember 2014

NUH : PELOPOR GENERASI BARU



Nuh adalah anak dari Lamekh (kej. 5:28-29). Namanya berarti “penghiburan”. Ia memiliki 3 anak yang akan menjadi “Bapak” (leluhur) dari bangsa-bangsa di dunia (Kej. 5:32, 9:18-27), yaitu:
(1)    Shem = bapak bangsa Semit (didalamnya ada Israel dan Arab. Abraham adalah dari bangsa Semit ini juga) - kej 10:21-31.

(2)    Ham= bapak bangsa kanaan atau suku-suku di Afrika utara (Bangsa Negro). Mereka umumnya berkulit hitam, berambut keriting atau ikal – Kej.10:6-20

(3)    Yafet= bapak dari bangsa Indo-Eropa yang awalnya berdiam disekitar wilayah Aegean, Anatolia dan Asia kecil  – Kej.10:2-5.

Kalau dilihat sepintas, Nuh tidak ada bedanya dengan tetangga-tetangganya yang lain. Penampilannya biasa saja. Tutur katanya pun tidak terlalu halus dan menawan. Ia hidup dan mencari nafkah sebagaimana layaknya orang-orang di sekitarnya. Ia hidup dengan damai bersama ayahnya Lamek dan istri tercintanya. Ia pun memiliki hubungan yang cukup baik dengan tetangganya.
Namun dibalik semua kemiripan itu tersembunyi sesuatu yang membedakan Nuh secara kontras dengan orang-orang sezamannya. Ditengah generasi yang bejat dan tidak memiliki rasa takut secuil pun kepada Allah, Nuh adalah orang yang takut akan Allah. Alkitab menggambarkannya demikian :

” Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN. Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.” (Kej.6:8-9)

Jadi Nuh istimewa bukan karena perawakannya yang gagah, bukan karena hartanya yang melimpah, bukan pula karena keberaniannya yang menonjol, tetapi karena ia hidup benar dan bergaul dengan Allah.
Ada dua hal yang menonjol dalam diri Nuh. Pertama, ia dikatakan ”seorang yang benar”. Kata benar ini dalam bahasa Ibrani adalah Tzaddiyq, yang berarti benar, adil, menuruti hukum. Ini menunjukkan betapa Nuh adalah orang yang setia melakukan hukum Tuhan dengan seadil-adilnya dan sebaik-baiknya!
Kedua, Nuh dikatakan hidup bergaul dengan Allah. Apa artinya kalimat itu ? Dalam terjemahan King James Version kalimat bergaul dengan Allah diterjemahkan sebagai walked with God” - berjalan dengan Allah. Ini menunjukan sebuah sikap yang bersedia mengikuti jalan atau petunjuk Tuhan. Sebuah ketaatan yang luar biasa. Dan memang disinilah keluarbiasaan Nuh semakin kentara.  Bagaimana tidak? Ditengah angkatan yang begitu berdosa – sampai-sampai Allah muak terhadap kejahatan mereka – Nuh bisa menjaga dirinya steril dari pengaruh buruk itu! Padahal, umumnya pengaruh jelek itu lebih cepat ditiru dari pada pengaruh  baik! Tapi Nuh, memang lain daripada yang lain. Ia tetap mempertahankan ketaatannya kepada Allah, bagaimanapun situasinya. Inilah iman. Tetap taat ditengah situasi yang buruk sekalipun!
Problem planet bumi pada zaman Nuh bukan berasal dari perubahan iklim yang ekstrim atau problem biologi atau problem geologi (misalnya ancaman  melelehnya es di kutub utara). Problem utama saat itu adalah : hati manusia! Kejahatan menyebar begitu cepat seperti virus yang tidak terbendung lagi memasuki setiap hati, sejak kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Begitu hebat intensitas dan sebaran dosa, sehingga Allah memutuskan untuk ”menghabisi” umat manusia dan memulai sebuah generasi yang  baru!
Kalau kerusakan ”dunia” tidak sangat parah, tentu Allah akan berpikir seribu kali untuk memusnahkan ciptaan-Nya yang sangat dibanggakannya. Bukankah setiap kali Ia menciptakan sesuatu, Ia selalu mengomentari hal itu sebagai sesuatu yang baik (lih. Kej.1:31). Tapi kerusakan manusia sudah sangat parah, mustahil untuk diperbaiki (lih. Kej.6:11-12). Oleh sebab itu Allah dengan berat hati memutuskan untuk memulai sesuatu yang baru. Dan Nuh terpilih sebagai ”The new beginning” – awal yang  baru.

BEBERAPA KEUNGGULAN KARAKTER NUH
1.Nuh tetap menjadi ORANG BENAR ditengah generasi yang rusak. (kej.6:8-9 ; 7:1)
Hidup kudus dan benar ditengah-tengah dunia yang rusak jauh lebih sulit daripada hidup kudus ditengah-tengah lingkungan Biara yang suci. Tetapi Nuh berhasil melakukan hal ini.
Nuh bukannya dipengaruhi oleh “dunia sekitarnya”, tetapi dia malahan berusaha mempengaruhi dunia sekitarnya.

2.Nuh  taat sepenuhnya kepada perintah Allah untuk membuat bahtera (kej.6:14-16)
Perintah ini sebenarnya sangat tidak masuk akal, karena saat perintah itu diucapkan sedang terjadi musim panas yang panjang. Tapi Nuh taat!
Perintah Allah itu sangat detil dan sangat sulit. Bayangkan ukuran bahtera yang diminta dan kayu gofir yang harus disediakan, sedangkan letak kediaman Nuh ada di tengah padang gurun. Tapi Nuh taat!
Catatan : 1 hasta = 45 cm.
Jadi Panjang bahtera 350 hasta = 15750 cm = 157,5m.
Lebarnya 50 hasta =  2250 cm = 22,5m.
Tingginya 30 hasta = 1350 = 13,5m.

3.Nuh diperhitungkan sebagai seorang teladan iman (Ibrani 11:7)
Iman dan ketaatan Nuh diperhitungkan sebagai sesuatu yang luar biasa sehingga ia tercatat dalam Ibrani 11 yang merupakan kumpulan para pahlawan dan teladan iman.
Hanya orang-orang yang memiliki iman yang luar biasa yang bisa masuk dalam daftar Ibrani 11.

4.Nuh adalah seorang yang suka mempersembahkan korban (beribadah) kepada Allah (Kej. 8:20-22)
Begitu keluar dari bahtera yang terapung-apung selama ratusan hari, hal pertama yang dilakukan Nuh adalah mempersembahkan korban untuk Tuhan.
Nuh hatinya selalu terpaut pada Tuhan dan setia beribadah kepadaNya. Itulah sebabnya Allah sangat berkenan kepada persembahannya.

5.Nuh adalah orang yang sangat diberkati oleh Tuhan ( Kej. 9:1-3)
Ia disuruh beranak cucu, artinya diberi kebebasan untuk berkembang. Ay.1
Diberi kekuasaan atas seluruh ciptaan yang lain (binatang dan burung takut kepadanya) –ay.2
Semuanya disediakan untuk menjadi makanan Nuh dan keturunannya. Ay.3

PERJANJIAN ALLAH DENGAN NUH
Allah Israel adalah Allah yang mengikat perjanjian dengan umat pilihannya (mulai dari Abraham, Ishak, Yakub dst). Dalam Ilmu teologi pandangan ini disebut sebagai Covenant Theology - Teologi Perjanjian.
Dalam Kej 9:9-17 Allah berkenan mengikat perjanjian dengan Nuh. Mari kita analisa perjanjian itu :

1.Jenis perjanjian : ini masuk kategori “Royal Grant” (Pemberian Raja). Artinya seorang raja berkenan memberi hadiah atau sesuatu hal kepada bawahannya yang setia. Dalam kasus Nuh, Allah adalah rajanya dan Nuh adalah bawahannya.

2. Sifat Perjanjian : itu adalah Unconditional artinya Tidak bersyarat. Si bawahan tidak harus melakukan sebuah jasa dulu baru bisa menikmati pemberian sang raja. Semua karena kemurahan hati sang raja melihat kesetiaan si bawahan.
Selain itu perjanjian ini bersifat langgeng dan turun temurun. Dalam kasus Nuh berarti anak cucu keturunan Nuh juga mewarisi perjanjian ini.

3. Isi perjanjian : Nuh beserta anak cucu keturunannya dan seluruh alam semesta mendapat anugerah illahi yaitu tidak akan “dibinasakan” lagi dengan bencana alam.
Seorang Teolog bernama James A. Nash mengomentari perjanjian ini demikian : “Perjanjian yang menjadi tanda ikatan tak terputuskan antara Allah dengan manusia dan seluruh ciptaan.”
Perjanjian ini dipandang sebagai ikrar Allah untuk memelihara manusia dan seluruh ciptaan-Nya sampai selama-lamanya.

4. Tanda dari Perjanjian (atau dalam zaman kuno sering juga disebut sebagai “saksi”) adalah : Pelangi.

Menyimpulkan kisah Nuh di atas, kita bisa menegaskan :Allah senang dan amat berkenan dengan kesetiaan umat pilihannya. Kepada mereka yang setia Allah berjanji akan memberkati dan memeliharanya Sampai turun temurun. Hidup Nuh adalah bukti dari komitmen Allah tersebut!