Jumat, 05 Desember 2014

NUH : PELOPOR GENERASI BARU



Nuh adalah anak dari Lamekh (kej. 5:28-29). Namanya berarti “penghiburan”. Ia memiliki 3 anak yang akan menjadi “Bapak” (leluhur) dari bangsa-bangsa di dunia (Kej. 5:32, 9:18-27), yaitu:
(1)    Shem = bapak bangsa Semit (didalamnya ada Israel dan Arab. Abraham adalah dari bangsa Semit ini juga) - kej 10:21-31.

(2)    Ham= bapak bangsa kanaan atau suku-suku di Afrika utara (Bangsa Negro). Mereka umumnya berkulit hitam, berambut keriting atau ikal – Kej.10:6-20

(3)    Yafet= bapak dari bangsa Indo-Eropa yang awalnya berdiam disekitar wilayah Aegean, Anatolia dan Asia kecil  – Kej.10:2-5.

Kalau dilihat sepintas, Nuh tidak ada bedanya dengan tetangga-tetangganya yang lain. Penampilannya biasa saja. Tutur katanya pun tidak terlalu halus dan menawan. Ia hidup dan mencari nafkah sebagaimana layaknya orang-orang di sekitarnya. Ia hidup dengan damai bersama ayahnya Lamek dan istri tercintanya. Ia pun memiliki hubungan yang cukup baik dengan tetangganya.
Namun dibalik semua kemiripan itu tersembunyi sesuatu yang membedakan Nuh secara kontras dengan orang-orang sezamannya. Ditengah generasi yang bejat dan tidak memiliki rasa takut secuil pun kepada Allah, Nuh adalah orang yang takut akan Allah. Alkitab menggambarkannya demikian :

” Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN. Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.” (Kej.6:8-9)

Jadi Nuh istimewa bukan karena perawakannya yang gagah, bukan karena hartanya yang melimpah, bukan pula karena keberaniannya yang menonjol, tetapi karena ia hidup benar dan bergaul dengan Allah.
Ada dua hal yang menonjol dalam diri Nuh. Pertama, ia dikatakan ”seorang yang benar”. Kata benar ini dalam bahasa Ibrani adalah Tzaddiyq, yang berarti benar, adil, menuruti hukum. Ini menunjukkan betapa Nuh adalah orang yang setia melakukan hukum Tuhan dengan seadil-adilnya dan sebaik-baiknya!
Kedua, Nuh dikatakan hidup bergaul dengan Allah. Apa artinya kalimat itu ? Dalam terjemahan King James Version kalimat bergaul dengan Allah diterjemahkan sebagai walked with God” - berjalan dengan Allah. Ini menunjukan sebuah sikap yang bersedia mengikuti jalan atau petunjuk Tuhan. Sebuah ketaatan yang luar biasa. Dan memang disinilah keluarbiasaan Nuh semakin kentara.  Bagaimana tidak? Ditengah angkatan yang begitu berdosa – sampai-sampai Allah muak terhadap kejahatan mereka – Nuh bisa menjaga dirinya steril dari pengaruh buruk itu! Padahal, umumnya pengaruh jelek itu lebih cepat ditiru dari pada pengaruh  baik! Tapi Nuh, memang lain daripada yang lain. Ia tetap mempertahankan ketaatannya kepada Allah, bagaimanapun situasinya. Inilah iman. Tetap taat ditengah situasi yang buruk sekalipun!
Problem planet bumi pada zaman Nuh bukan berasal dari perubahan iklim yang ekstrim atau problem biologi atau problem geologi (misalnya ancaman  melelehnya es di kutub utara). Problem utama saat itu adalah : hati manusia! Kejahatan menyebar begitu cepat seperti virus yang tidak terbendung lagi memasuki setiap hati, sejak kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Begitu hebat intensitas dan sebaran dosa, sehingga Allah memutuskan untuk ”menghabisi” umat manusia dan memulai sebuah generasi yang  baru!
Kalau kerusakan ”dunia” tidak sangat parah, tentu Allah akan berpikir seribu kali untuk memusnahkan ciptaan-Nya yang sangat dibanggakannya. Bukankah setiap kali Ia menciptakan sesuatu, Ia selalu mengomentari hal itu sebagai sesuatu yang baik (lih. Kej.1:31). Tapi kerusakan manusia sudah sangat parah, mustahil untuk diperbaiki (lih. Kej.6:11-12). Oleh sebab itu Allah dengan berat hati memutuskan untuk memulai sesuatu yang baru. Dan Nuh terpilih sebagai ”The new beginning” – awal yang  baru.

BEBERAPA KEUNGGULAN KARAKTER NUH
1.Nuh tetap menjadi ORANG BENAR ditengah generasi yang rusak. (kej.6:8-9 ; 7:1)
Hidup kudus dan benar ditengah-tengah dunia yang rusak jauh lebih sulit daripada hidup kudus ditengah-tengah lingkungan Biara yang suci. Tetapi Nuh berhasil melakukan hal ini.
Nuh bukannya dipengaruhi oleh “dunia sekitarnya”, tetapi dia malahan berusaha mempengaruhi dunia sekitarnya.

2.Nuh  taat sepenuhnya kepada perintah Allah untuk membuat bahtera (kej.6:14-16)
Perintah ini sebenarnya sangat tidak masuk akal, karena saat perintah itu diucapkan sedang terjadi musim panas yang panjang. Tapi Nuh taat!
Perintah Allah itu sangat detil dan sangat sulit. Bayangkan ukuran bahtera yang diminta dan kayu gofir yang harus disediakan, sedangkan letak kediaman Nuh ada di tengah padang gurun. Tapi Nuh taat!
Catatan : 1 hasta = 45 cm.
Jadi Panjang bahtera 350 hasta = 15750 cm = 157,5m.
Lebarnya 50 hasta =  2250 cm = 22,5m.
Tingginya 30 hasta = 1350 = 13,5m.

3.Nuh diperhitungkan sebagai seorang teladan iman (Ibrani 11:7)
Iman dan ketaatan Nuh diperhitungkan sebagai sesuatu yang luar biasa sehingga ia tercatat dalam Ibrani 11 yang merupakan kumpulan para pahlawan dan teladan iman.
Hanya orang-orang yang memiliki iman yang luar biasa yang bisa masuk dalam daftar Ibrani 11.

4.Nuh adalah seorang yang suka mempersembahkan korban (beribadah) kepada Allah (Kej. 8:20-22)
Begitu keluar dari bahtera yang terapung-apung selama ratusan hari, hal pertama yang dilakukan Nuh adalah mempersembahkan korban untuk Tuhan.
Nuh hatinya selalu terpaut pada Tuhan dan setia beribadah kepadaNya. Itulah sebabnya Allah sangat berkenan kepada persembahannya.

5.Nuh adalah orang yang sangat diberkati oleh Tuhan ( Kej. 9:1-3)
Ia disuruh beranak cucu, artinya diberi kebebasan untuk berkembang. Ay.1
Diberi kekuasaan atas seluruh ciptaan yang lain (binatang dan burung takut kepadanya) –ay.2
Semuanya disediakan untuk menjadi makanan Nuh dan keturunannya. Ay.3

PERJANJIAN ALLAH DENGAN NUH
Allah Israel adalah Allah yang mengikat perjanjian dengan umat pilihannya (mulai dari Abraham, Ishak, Yakub dst). Dalam Ilmu teologi pandangan ini disebut sebagai Covenant Theology - Teologi Perjanjian.
Dalam Kej 9:9-17 Allah berkenan mengikat perjanjian dengan Nuh. Mari kita analisa perjanjian itu :

1.Jenis perjanjian : ini masuk kategori “Royal Grant” (Pemberian Raja). Artinya seorang raja berkenan memberi hadiah atau sesuatu hal kepada bawahannya yang setia. Dalam kasus Nuh, Allah adalah rajanya dan Nuh adalah bawahannya.

2. Sifat Perjanjian : itu adalah Unconditional artinya Tidak bersyarat. Si bawahan tidak harus melakukan sebuah jasa dulu baru bisa menikmati pemberian sang raja. Semua karena kemurahan hati sang raja melihat kesetiaan si bawahan.
Selain itu perjanjian ini bersifat langgeng dan turun temurun. Dalam kasus Nuh berarti anak cucu keturunan Nuh juga mewarisi perjanjian ini.

3. Isi perjanjian : Nuh beserta anak cucu keturunannya dan seluruh alam semesta mendapat anugerah illahi yaitu tidak akan “dibinasakan” lagi dengan bencana alam.
Seorang Teolog bernama James A. Nash mengomentari perjanjian ini demikian : “Perjanjian yang menjadi tanda ikatan tak terputuskan antara Allah dengan manusia dan seluruh ciptaan.”
Perjanjian ini dipandang sebagai ikrar Allah untuk memelihara manusia dan seluruh ciptaan-Nya sampai selama-lamanya.

4. Tanda dari Perjanjian (atau dalam zaman kuno sering juga disebut sebagai “saksi”) adalah : Pelangi.

Menyimpulkan kisah Nuh di atas, kita bisa menegaskan :Allah senang dan amat berkenan dengan kesetiaan umat pilihannya. Kepada mereka yang setia Allah berjanji akan memberkati dan memeliharanya Sampai turun temurun. Hidup Nuh adalah bukti dari komitmen Allah tersebut!

0 komentar:

Posting Komentar