Nuh adalah anak dari
Lamekh (kej. 5:28-29). Namanya berarti “penghiburan”. Ia memiliki 3 anak yang
akan menjadi “Bapak” (leluhur) dari bangsa-bangsa di dunia (Kej. 5:32, 9:18-27),
yaitu:
(1) Shem = bapak bangsa Semit (didalamnya ada Israel dan Arab.
Abraham adalah dari bangsa Semit ini juga) - kej 10:21-31.
(2) Ham= bapak bangsa kanaan atau suku-suku di Afrika utara (Bangsa
Negro). Mereka umumnya berkulit hitam, berambut keriting atau ikal –
Kej.10:6-20
(3) Yafet= bapak dari bangsa Indo-Eropa yang awalnya berdiam
disekitar wilayah Aegean, Anatolia dan Asia kecil – Kej.10:2-5.
Kalau
dilihat sepintas, Nuh tidak ada bedanya dengan tetangga-tetangganya yang lain.
Penampilannya biasa saja. Tutur katanya pun tidak terlalu halus dan menawan. Ia
hidup dan mencari nafkah sebagaimana layaknya orang-orang di sekitarnya. Ia
hidup dengan damai bersama ayahnya Lamek dan istri tercintanya. Ia pun memiliki
hubungan yang cukup baik dengan tetangganya.
Namun
dibalik semua kemiripan itu tersembunyi sesuatu yang membedakan Nuh secara
kontras dengan orang-orang sezamannya. Ditengah generasi yang bejat dan tidak
memiliki rasa takut secuil pun kepada Allah, Nuh adalah orang yang takut akan
Allah. Alkitab menggambarkannya demikian :
” Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di
mata TUHAN. Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela
di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.”
(Kej.6:8-9)
Jadi
Nuh istimewa bukan karena perawakannya yang gagah, bukan karena hartanya yang
melimpah, bukan pula karena keberaniannya yang menonjol, tetapi karena ia hidup
benar dan bergaul dengan Allah.
Ada
dua hal yang menonjol dalam diri Nuh. Pertama, ia dikatakan ”seorang yang
benar”. Kata benar ini dalam bahasa Ibrani adalah Tzaddiyq, yang berarti
benar, adil, menuruti hukum. Ini menunjukkan betapa Nuh adalah orang yang setia
melakukan hukum Tuhan dengan seadil-adilnya dan sebaik-baiknya!
Kedua, Nuh dikatakan hidup bergaul
dengan Allah. Apa artinya kalimat itu ? Dalam terjemahan King James Version kalimat bergaul dengan Allah diterjemahkan
sebagai ” walked with God” - berjalan dengan Allah. Ini menunjukan sebuah sikap yang bersedia
mengikuti jalan atau petunjuk Tuhan. Sebuah ketaatan yang luar biasa. Dan
memang disinilah keluarbiasaan Nuh semakin kentara. Bagaimana tidak? Ditengah angkatan yang
begitu berdosa – sampai-sampai Allah muak terhadap kejahatan mereka – Nuh bisa
menjaga dirinya steril dari pengaruh buruk itu! Padahal, umumnya pengaruh jelek
itu lebih cepat ditiru dari pada pengaruh
baik! Tapi Nuh, memang lain daripada yang lain. Ia tetap mempertahankan
ketaatannya kepada Allah, bagaimanapun situasinya. Inilah iman. Tetap taat
ditengah situasi yang buruk sekalipun!
Problem planet bumi pada zaman Nuh
bukan berasal dari perubahan iklim yang ekstrim atau problem biologi atau
problem geologi (misalnya ancaman
melelehnya es di kutub utara). Problem utama saat itu adalah : hati
manusia! Kejahatan menyebar begitu cepat seperti virus yang tidak terbendung
lagi memasuki setiap hati, sejak kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Begitu
hebat intensitas dan sebaran dosa, sehingga Allah memutuskan untuk ”menghabisi”
umat manusia dan memulai sebuah generasi yang
baru!
Kalau kerusakan ”dunia” tidak sangat
parah, tentu Allah akan berpikir seribu kali untuk memusnahkan ciptaan-Nya yang
sangat dibanggakannya. Bukankah setiap kali Ia menciptakan sesuatu, Ia selalu
mengomentari hal itu sebagai sesuatu yang baik (lih. Kej.1:31). Tapi kerusakan
manusia sudah sangat parah, mustahil untuk diperbaiki (lih. Kej.6:11-12). Oleh
sebab itu Allah dengan berat hati memutuskan untuk memulai sesuatu yang baru.
Dan Nuh terpilih sebagai ”The new
beginning” – awal yang baru.
BEBERAPA
KEUNGGULAN KARAKTER NUH
1.Nuh tetap
menjadi ORANG BENAR ditengah generasi yang rusak. (kej.6:8-9 ; 7:1)
Hidup kudus dan benar ditengah-tengah dunia yang
rusak jauh lebih sulit daripada hidup kudus ditengah-tengah lingkungan Biara
yang suci. Tetapi Nuh berhasil melakukan hal ini.
Nuh bukannya dipengaruhi oleh “dunia
sekitarnya”, tetapi dia malahan berusaha mempengaruhi dunia sekitarnya.
2.Nuh taat sepenuhnya kepada perintah Allah untuk
membuat bahtera (kej.6:14-16)
Perintah ini sebenarnya sangat tidak masuk akal,
karena saat perintah itu diucapkan sedang terjadi musim panas yang panjang.
Tapi Nuh taat!
Perintah Allah itu sangat detil dan sangat
sulit. Bayangkan ukuran bahtera yang diminta dan kayu gofir yang harus
disediakan, sedangkan letak kediaman Nuh ada di tengah padang gurun. Tapi Nuh
taat!
Catatan : 1 hasta = 45 cm.
Jadi Panjang bahtera 350 hasta = 15750 cm = 157,5m.
Lebarnya 50 hasta = 2250 cm = 22,5m.
Tingginya 30 hasta = 1350 = 13,5m.
3.Nuh
diperhitungkan sebagai seorang teladan iman (Ibrani 11:7)
Iman dan ketaatan Nuh diperhitungkan sebagai
sesuatu yang luar biasa sehingga ia tercatat dalam Ibrani 11 yang merupakan
kumpulan para pahlawan dan teladan iman.
Hanya orang-orang yang memiliki iman yang luar
biasa yang bisa masuk dalam daftar Ibrani 11.
4.Nuh
adalah seorang yang suka mempersembahkan korban (beribadah) kepada Allah (Kej.
8:20-22)
Begitu keluar dari bahtera yang terapung-apung
selama ratusan hari, hal pertama yang dilakukan Nuh adalah mempersembahkan
korban untuk Tuhan.
Nuh hatinya selalu terpaut pada Tuhan dan setia
beribadah kepadaNya. Itulah sebabnya Allah sangat berkenan kepada
persembahannya.
5.Nuh
adalah orang yang sangat diberkati oleh Tuhan ( Kej. 9:1-3)
Ia disuruh beranak cucu, artinya diberi
kebebasan untuk berkembang. Ay.1
Diberi kekuasaan atas seluruh ciptaan yang lain
(binatang dan burung takut kepadanya) –ay.2
Semuanya disediakan untuk menjadi makanan Nuh
dan keturunannya. Ay.3
PERJANJIAN
ALLAH DENGAN NUH
Allah Israel adalah Allah yang mengikat
perjanjian dengan umat pilihannya (mulai dari Abraham, Ishak, Yakub dst). Dalam
Ilmu teologi pandangan ini disebut sebagai Covenant Theology - Teologi
Perjanjian.
Dalam Kej 9:9-17 Allah berkenan mengikat
perjanjian dengan Nuh. Mari kita analisa perjanjian itu :
1.Jenis
perjanjian : ini masuk kategori “Royal Grant” (Pemberian Raja). Artinya
seorang raja berkenan memberi hadiah atau sesuatu hal kepada bawahannya yang
setia. Dalam kasus Nuh, Allah adalah rajanya dan Nuh adalah bawahannya.
2. Sifat
Perjanjian : itu adalah Unconditional artinya Tidak bersyarat. Si bawahan tidak harus
melakukan sebuah jasa dulu baru bisa menikmati pemberian sang raja. Semua
karena kemurahan hati sang raja melihat kesetiaan si bawahan.
Selain itu perjanjian ini bersifat langgeng dan
turun temurun. Dalam kasus Nuh berarti anak cucu keturunan Nuh juga mewarisi
perjanjian ini.
3. Isi
perjanjian : Nuh beserta anak cucu keturunannya dan seluruh alam semesta
mendapat anugerah illahi yaitu tidak akan “dibinasakan” lagi dengan bencana
alam.
Seorang Teolog bernama James A. Nash mengomentari
perjanjian ini demikian : “Perjanjian yang menjadi tanda ikatan tak terputuskan
antara Allah dengan manusia dan seluruh ciptaan.”
Perjanjian ini dipandang sebagai ikrar Allah
untuk memelihara manusia dan seluruh ciptaan-Nya sampai selama-lamanya.
4. Tanda
dari Perjanjian (atau dalam zaman kuno sering juga disebut sebagai “saksi”)
adalah : Pelangi.
Menyimpulkan kisah Nuh
di atas, kita bisa menegaskan :Allah senang dan amat berkenan dengan kesetiaan
umat pilihannya. Kepada mereka yang setia Allah berjanji akan memberkati dan
memeliharanya Sampai turun temurun. Hidup Nuh adalah bukti dari komitmen Allah
tersebut!
0 komentar:
Posting Komentar