Rabu, 26 September 2012

FILOSOFI SEPATU


Sepatu adalah barang yang hampir semua orang memilikinya atau minimal pernah memakainya.
Untuk masyarakat perkotaan, sepatu bahkan sudah merupakan sebuah kebutuhan hidup.
Nah, dibalik fungsinya yang amat penting untuk mendukung kegiatan manusia, ternyata sepatu bisa mengajarkan prinsip-prinsip perkawinan yang luar biasa.
Bahkan ada yang memplesetkan kata sepatu sebagai singkaran dari : SEjalan samPAi TUa !

PASANGAN TERBAIK ITU SEPERTI SEPATU
1. Bentuknya tak persis sama namun serasi
Pria dan wanita diciptakan Tuhan berbeda, namun keduanya serasi keadaanya.
Menurut pasangan penulis, Alan dan Barbara Pease, perbedaan itu antara lain :

(a) Jangkauan Sudut Pandang
Jika diukur dari hidung, maka wanita mempunyai jangkauan sudut pandang yang relatif lebih besar.Menurut penelitian, jangakauan sudut pandang wanita berkisar antara 45 derajat sampai dengan 180 derajat, diukur dari hidung kearah kanan kiri atas bawah.
Jadi kaum wanita, dengan jangkauan sudut pandang yang luas itu bisa melihat isi lemari tanpa menggerakkan kepalanya, hanya dengan modal plirak-plirik saja mereka bisa menemukan barang yang dicari.
Ini berbeda dengan kaum pria yang mempunyai sudut pandang yang relatif lebih kecil. Pria jika memandang sesuatu maka otak akan memproses pandangannya itu ibarat teropong bajak laut .Jauh dan lebih fokus, dan juga akan mencari KATA yang tertulis diotak tentang benda yang dicari atau ingin dilihat.

(b) Struktur Otak
Dalam struktur otak wanita, kemampuan untuk berbicara terutama ada dibagian depan otak kiri dan sebagian kecil di otak sebelah kanan.Sementara untuk pria, kemampuan berbicara dan bahasa itu bukan kemampuan otak yang penting. Adanyapun cuma di bagian otak kiri dan tidak ada area yang spesifik. Otak pria itu terkotak-kotak dan mampu memilah-milah informasi yang masuk.
Jadi jangan heran kalau wanita lebih senang berbicara dan banyak pula yang dibicarakan, karena kedua belah otaknya mampu bekerja sekaligus.
Di malam hari, setelah seharian penuh beraktivitas, pria bisa menyimpan semuanya diotaknya.
Sementara otak wanita tidak bekerja seperti itu. Informasi atau masalah yang diterimanya akan terus berputar-putar dalam otaknya. Dan ini tidak akan berhenti sampai dia bisa mencurahkan habis isi otaknya alias curhat.
Oleh sebab itu, kalau wanita bicara, tujuannya adalah untuk mengeluarkan unek-uneknya, bukan untuk mencari kesimpulan atau solusi seperti yang dilakukan kaum pria.

(c) Membangun Hubungan Lewat Percakapan
Rata-rata wanita bisa bicara 20 ribu kata dalam sehari. Sementara pria hanya sekitar 7 ribu kata sehari atau bahkan lebih sedikit dari itu.
Pria jika sudah menghabiskan 7 ribu kata, maka dia tidak akan berminat untuk bicara lebih lanjut.
Persediaan si wanita tergantung dari apa yang sudah ia lakukan sepanjang hari.  Kalau dia sudah banyak berbicara dengan orang lain hari itu, dia pun akan sedikit berbicara.
Kalau dia tinggal sendirian di rumah saja, mungkin ia sudah menggunakan 5 ribuan kata. Jadi masih ada 15 ribu lagi!

(d) Multitasking
Dari penelitian, pria cuma bisa melakukan satu hal pada suatu waktu. Semua penelitian yang ada menemukan bahwa otak pria lebih terspesialiasi, terbagi-bagi. Otak pria berkembang sedemikian sehingga mereka hanya dapat berkonsentrasi pada satu hal yang spesifik pada suatu saat, sehingga sering mereka bilang mereka bisa mengerjakan
semuanya tapi ‘satu-satu dong!!’.
Sementara otak wanita punya konstruksi yang memungkinkan wanita melakukan  banyak hal sekaligus atau kerennya multitasking job.
Wanita bisa melakukan banyak hal yang sama sekali tidak berhubungan pada waktu bersamaan, dan otaknya tidak pernah putus, selalu aktif.

(e) Indirect Speech (berbicara secara tidak langsung)
Wanita kalau berbicara biasanya menggunakan indirect speech alias memberikan isyarat tentang apa yang sebenarnya dia inginkan. Tujuannya adalah untuk menghindari konflik atau konfrontasi sehingga bisa terjalin hubungan yang harmonis satu sama lain.
Indirect speech biasanya menggunakan kata-kata seperti: ‘kayaknya’, ‘sepertinya’ dan sebagainya.
Ketika wanita bicara menggunakan indirect speech ke wanita lain, tidak pernah ada masalah.Wanita lain cukup sensitif untuk mengerti maksud sebenarnya.
Tapi, bila dipakai untuk bicara dengan pria, bisa berakibat fatal!
Kebanyakan pria menggunakan bahasa langsung atau direct speech dan mereka mengambil makna sebenarnya dari apa yang orang lain katakan.

2. Saat berjalan tak pernah kompak tapi tujuannya sama
Saat berjalan kaki kiri dan kaki kanan tidak pernah berbarengan, selalu ada yang di depan atau yang dibelakang. Namun tujuan yang dituju selalu sama.
Ini bicara tetang pentingnya tujuan  bersama dalam rumah tangga. Cara berjalan boleh beda tapi tujuan harus sama.
Tujuan keluarga kristen ada 3 :
(a) Membangun keluarga yang bahagia
Tujuan pertama membangun keluarga kristen tentu adalah untuk membangun keluarga yang bahagia. Ini berarti semua anggota keluarga harus merasa bahagia : Ayah, ibu dan anak-anak.

(b) Melahirkan keturunan illahi
Tujuan ke dua adalah melahirkan keturunan ilahi. Artinya, dari rang tua yang sudah lahir baru diharapan akan muncul keturunan yang juga mengabdi kepada Tuhan dengan sepenuh hati.

(c) Menerapkan prinsip-prinsip Kerajaan Sorga di dunia ini
Keluarga kristen adalah etalase dimana prinsip-prinsip kerajaan sorga di perlihatkan, seperti :
§  Penerapan kasih yang tak bersyarat.
§  Perkawianan yang monogamy
§  Kesetaraan pria dan wanita dsb.

3. Tak pernah ganti posisi, namun saling melengkapi
Sepatu kiri tidak pernah bisa dipakai kaki kanan demikian juga sebaliknya. Ini bicara tentang pentingnya posisi atau hirarki dalam rumah tangga :
(a) Pria adalah kepala (Ef.5:23)
Dalam rumah tangga seorang pria adalah seorang imam (pemimpin). Kalau fungsi ini berubah (istri menjadi pemimpin), kehidupan rumah tangga bisa berantakan.
Ada penelitian di Amerika yang menyebutkan bahwa banyak pria menjadi Gay (Homoseks) karena ia melihat di rumah tangganya sang bapak tidak berfungsi sebagai pemimpin yang sesungguhnya. Apa Tugas seorang Imam ?
§  Ia melayani Allah
§  Ia melayani keluarganya (Istri dan anaknya)
§  Ia berdoa baik kepada Allah maupun untuk keluarganya. Edwin Louis Cole mengatakan :” Doa bersama seorang suami dengan istri akan menumbuhkan keintiman diantara mereka!”

(b) Wanita adalah penolong
Istri diberi tugas oleh Allah menjadi penolong bagi suaminya. Ia diberi gelar “EZER” (bah. Ibrani untuk penolong). Dalam banyak hal si penolong itu lebih kuat daripada yang ditolong!(suami). Jadi banggalah dengan gelar EZER ini!
Tugas ini dijalankan sang istri dengan cara : memberi nasehat dengan cara yang tepat, pada waktu yang tepat dan dengan sikap yang tepat!
Ada kalanya suami butuh teman untuk berbagi kesulitan. Istri harus bisa menanggapi kesulitan suami tanpa harus menjadi terlalu bawel dan mengkhotbahi suami. Contohnya:
§  Jangan memberi nasehat saat suami capek (pulang kerja)
§  Jangan memberi nasehat kalau tidak diminta!
§  Carilah waktu santai untuk membicarakan masalah-masalah yang serius.

Waktu makan bersama adalah saat yang paling tepat. Menurut ahli psikologi, saat kita makan, otak kiri (otak yang analitis, kritis) sedang “mati”, sementara otak kanan (otak relasional, visual) sedang “hidup”.
Dengan demikian pembicaraan akan cenderung nyaman dan bisa saling menerima ide/nasehat!

4. Selalu sederajat tak ada yang lebih rendah atau tinggi (Kej.1:26)
Meskipun berbeda, sepatu kiri sama derajat dan harganya dengan sepatu kanan. Ini berbicara tentang kesetaraan pria dan wanita dalam rumah tangga.
Pria dan wanita setara karena kerena sama-sama merupakan gambar Allah. Mereka setara, hanya berbeda fungsinya.

5. Bila yang satu hilang yang lain tak memiliki arti.
Pasangan kristen adalah pasangan sehidup semati. Oleh sebab itu dalam janji pernikahan diucapkan ikrar untuk bersedia hidup bersama sampai maut memisahkan. Ini berarti 2 hal :
(a) Perkawinan kristen tidak mengenal perceraian
Idealnya ajaran alkitab adalah perkawianan sekali untuk selamanya. Dan tidak mengenal cerai hidup, sebagaimana dalam agama lain.

(b) Perkawinan kristen hanya bisa dipisahkan oleh maut
Kalaupun toh ada perceraian, maka perceraian itu hanya karena salah satu ada yang meninggal, atau cerai mati.

Rabu, 05 September 2012

5 JENIS PENGUNJUNG GEREJA


Setiap minggu pengunjung gereja datang dan pergi. Ada banyak geraja yang selalu penuh setap ada kebaktian. Masalahnya adalah, apakah semua orang yang kegereja itu memiliki motivasi yang benar ? Jawabnya belum tentu. Nah, kali ini kita akan melihat 5 jenis manusia yang megunjugi atau beribadah di gereja.

5 JENIS PENGUNJUNG GEREJA
Seorang pendeta bernama Ron Edmonson mengamati paling tidak ada 5 jenis manusia yang setiap ming beribadah di gereja :
1.Testers (Orang yang mencoba/tes)
Tipe tester ini bukanlah jemaat tetap. Ia hanya datang ke sebuah gereja karena beberapa alasan :
(a) Karena kecewa dengan gereja lama
Banyak alasan untuk orang kecewa dengan gereja lamanya. Alasan yang sering diungkapkan adalah :
§  Mereka tidak bertumbuh secara rohani di gereja lama
§  Mereka kurang menyukai kotbah-kotbah di gereja lama
§  Mereka tidak merasa ada ikatan persekutuan yang hanta di gereja lama
§  Mereka kurang merasakan kuasa Tuhan di gereja lama dsb.

(b)  Ingin melihat-lihat suasana gereja yang dikunjungi
Jemaat jenis ini seperti orang yang mau beli baju. Pertama-tama, ia lihat-lihat dulu lalu coba sana, coba sisni, kalau sudah ada yang cocok baru beli.

(c)  Mengharapkan sambutan yang hangat
Karena ia baru melihat-lihat, maka tipe tester sebenarnya mengharapkan ada sambutan hangat kepadanya. Kalau ia disambut hangat kemungkinannya besar ia mau berjemaat di gereja yang dia kunjungi itu.

2. Pleasers - penyenang
Tipe ini biasanya datang ke gereja bukan karena keinginannya sendiri, tapi ia datang untk menyenangkan hati teman atau saudara yang mengundangnya ke gereja. Meskipun awalnya tidak berniat aktif ke gereja, namun ia bisa kecantol di gereja yang dikunjungi kalau ia melihat :
(a) Suasana ibadah yang menyentuh
Ada ibadah yang biasa-biasa saja. Jemaat hanya datang, nyanyi, memberi persembahan, dengar Firman dan pulang. Tidak ada yang special. Suasana ibadah yang biasa-biasa seperti ini tidak akan membuat orang atang untuk ke dua kali. Sebaliknya ibadah yang menyentuh jiwa dan membuat hati terharu akan membuat orang nyaman beribadah di dalamnya.

(b) Pemberitaan Firman yang membangkitkan semangat
FT adalah inti dari sebuah ibadah. Kalau pemberitaan FTnya menginspirasi dan membangkitkan semangat, maka kemungkinan besar orang akan datang kembali.

(c) Musik yang enak dan membangun iman
Musik merupakan anugerah Allah kepada manusia. Martin Luther sebagai Bapak Reformasi mengatakan : Musik adalah anugerah dari Allah, bukan dari manusia.
Ronald Allen dan Gordon Borror, penulis buku “Worship, Rediscovering The Missing Jewel”, mengatakan : “Allah menganugerahkan musik agar kita dapat memperkembangkannya dan menggunakannya untuk mengungkapkan kreatifitas kita di dalam penyembahan dan ibadah kepada Allah”.
Musik harus dijadikan senjata utama dalam misi gereja di dunia, oleh karena itu “iman” dari para penyanyinya harus nampak dan dapat dirasakan melalui nyanyian atau musik yang dimainkannya.  Kita tidak boleh memandang musik hanya sebagai pengisi acara kebaktian saja. Nyanyian Gereja/rohani bukan saja menjadi kesaksian, tetapi juga alat untuk menyampaikan kesaksian itu.

3. Seekers - Pencari
Tipe ini adalah orang yang sedang mencari kebenaran yang tertinggi dalam hidupnya.
Mereka sudah muak hidup dengan cara duniawi dan mereka sedang mencari sesuatu yang baru yang dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya. Ada 3 alasan bagi si pencari kebenaran untuk menetap dalam sebuah gereja :
(a) Kalau gereja itu mengajarkan doktrin yang sehat
Gereja yang sehat Paling tidak mengakui lima doktrin dasar kekristenan ortodoks, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, yakni:
§  Percaya kepada Allah Tritunggal;
§  Percaya kepada Yesus Kristus adalah Allah sepenuhnya yang menjelma menjadi manusia;
§  Percaya bahwa Alkitab adalah sepenuhnya Firman Allah;
§  Percaya kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat;
§  Percaya bahwa Roh Kudus adalah Allah dan Pribadi, bukan energi atau kuasa semata.

(b) Kalau gereja itu memberinya kesempatan untuk bertumbuh
Gereja memberikan kesempatan kepada jemaatnya untuk bertumbuh melalui persekutuan doa, pemahaman Alkitab, kelompok kecil dan ladang pelayanan.

4. Jumpers - Kutu loncat
Tipe ini adalah tipe pengunjung gereja yang suka berpindah-pindah. Saat ia tidak merasa nyaman pada suatu gereja, ia akan pindah ke gereja lain. Begitu seterusnya.
Kita harus hati-hati menghadapi tipe orang seperti ini. Jangan langsung memberi jabatan strategis kepada tipe ini. Tipe kutu loncat di gereja ini  biasanya juga bersikap sama dalam pekerjaannya.
Menurut Psikolog Niken Ardiyanti, ada dua tipe kutu loncat :
(a) Pertama, kutu loncat karena suka tantangan
Mereka yang tidak pernah puas dengan pekerjaan/pelayanan, karena menginginkan tantangan demi tantangan.  Ada kepuasan tersendiri bagi tipe ini jika bisa melampaui tantangan. Namun, jika tantangan itu sudah terlampaui dan tidak ada tantangan baru lagi, maka dia akan 'cabut' untuk mencari tawaran lain yang lebih menantang.

(b) Kedua, kutu loncat karena tidak sanggup mengatasi tekanan
Awalnya, orang-orang ini memiliki semangat dan tantangan. Namun, ketika tantangan itu datang, mereka malah menjadi ragu.
Ketika tugas atau pelayan atau pekerjaan menuntut lebih, dia mulai berpikir,''Bisa nggak ya saya melakukannya?'' Kalau sudah muncul pertanyaan seperti itu berarti dia meragukan kemampuannya. Perasaan tidak sanggup itulah yang akhirnya menggiring dia untuk pindah kerja/gereja/pelayanan.

5. Investors
Tipe ini adalah orang yang benar-benar lahir baru. Mereka datang ke gereja karena ingin ikut membangun kerajaan Allah. Mereka seperti investor yang menanamkan uang, keahlian, tenaga dan pemikirannya di gereja agar kelak berbuah di Kerajaan Allah yang kekal.
Tipe ini  selayaknya diberi kesempatan untuk berkembang dan dipromosikan, karena mereka akan membuat dampak yang besar bagi pertumbuhan gereja.
Tipe ini akan membantu gereja agar menjadi gereja yang sehat, yang cirinya antara lain :
(a) Adanya Komunikasi yang sehat  (Kol.3:12)
Ada sikap saling menerima yang diwujudkan dalam belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

2. Relasi yang sehat (Kol.3:13)
Ada suasana kekeluargaan, persahabatan dan sikap saling mengampuni.

3. Ikatan yang sehat (Kol.3:14)
ada kasih yang mempersatukan, yakni kasih Allah.

4. Syalom yang nyata (Kol.3: 15)
ada damai sejahtera Kristus yang memerintah.

5. Tolok Ukur yang sehat (Kol.3: 16)
ada prinsip Firman Tuhan yang kokoh, murni, dan saling menegur (tidak berkompromi dengan dosa).

6. Sepadan dengan panggilan (Kol.3: 17)
ada tindakan/aksi nyata sebagai hasil dari penghayatan akan hidup dalam Kristus, yakni hidup dengan segala aktivitasnya yang senantiasa berusaha untuk memuliakan Allah.